Kamis, 06 Desember 2012

GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan berasal dari bahasa ingris “Style” yang berarti mode seseorang yang selalu nampak yang menjadi ciri khas orang tersebut. Sehingga sangat tepat sekali Stoner (1996:165) mende¬finisikan bahwa gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang dis¬ukai oleh pemimpin dalam proses men¬garahkan dan menpengaruhi pekerja. Yang dalam hal ini, yang men¬jadi obyeknya adalah guru itu sendiri.
Adapun macam gaya kepemim¬pinan yang diakui keberadaanya adalah: 
1. Gaya Kepemimpinan Otokratik
Dalam banyak literatur para ilmuan yang membahas tentang tipo¬logi kepemimpinan mengatakan bahwa yang tergolong sebagai pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dipandang sebagai kerakteristik yang negatif. Seorang pemimpin yang otokratik adalah seo¬rang yang sangat egois . Egoismenya yang sangat besar akan mendorong memutarbalikkan kenyatan yang se¬benarnya sehingga sesuai dengan den¬gan apa yag secara subjektif diinterpretasikan sebagai kenyataan.
 
Berdsarkan nilai-nilai demikian, sebagai pemimpn yang oto¬riter akan menunjukkan berbagai sikap yang menojolkan “ke-akun¬nya” antara lain dalam bentuk:
 
a. Kecenderungn memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisai, seperti mesin dan dengn demikian ku¬rang menghargai harkat dn martabat mereka.
b. Pengutamaan orintasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tu¬gas tanpa mengaitkan pelksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.
c. Pengabaian para bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara pememberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawhan tu diharpkan dan bahkan dituntut untuk untuk melaksanakannya saja.
Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian seorang pemimpin yang otokratik akan menggunakan gaya kepemimpinannya da¬lam bentuk:
 
a. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan.
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau intruksi.
d. Menggunakan pendakatan punitif dalam hal terjadinya penyimpan¬gan oleh bawahan.
 
Dalam kehidupan yang organisasional yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan berbagai bentuk kebutuhan, keinginan dan harapannya tipe kepemimpinan yang otokratik bukanlah tipe kepe¬mimpan yang ideal. Bahkan bukan juga tipe yang diinginkan.
 
Tipe kepemimpinan otokratik mungkin saja mampu menjalankan organisasinya dengan “baik”. Baik dalam artian hanya tercapinya tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan pemimpin yang bersangkutan sebelumnya. Artinya efektifitas kepemimpinan yang otokratik sangat di¬kaitkan dengan kekuasaan untuk mengambil tindakan punitif. Ketika keku¬asaan untuk mengambil tindakan punitif tidak lagi dimilikinya. Ketaatan para bawahan segera mengendor dan disiplin kerjapun semakin merosot.
 
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan otokratik ini diantaranya adalah:
 
a. Kelebihan
 
1. Disiplin, rajin dalam bekerja dan bersedia bekerja keras
 
2. Putusan kekuasaan, tanggung jawab serta membuat keputusan terletek pada satu orang.
 
b. Kekurangan
 
1. Anggota organisasi cenderung pasif
2. Kurangnya pembinaan dan pengembangan potensi ang¬gota.
3. Mematikan inisiatif dan kretifitas anggota.
4. Munculnya kelompok penentang dari anggota akibat dari keti¬dak puasan.
 


2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik 
Dilihat dari asal katanya, paternalis artinya memiliki kesan kebapakan, sesdangkam paternalisme adalah sistem kepemimpinan yang menunjukkan hubungan kerja antara atasan dan bawahan dilaksanakan seperti hubungan antara bapak dan anak. Maka, kepemipinan paternalistik adalah pemimpin yang perannya diwar¬nai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi, men¬gayomi dan menolong anggta organisasi yang dipimpinnya. 
Tipe kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Po¬pularitas pemimpin yang paternalistik di lingkungan yang demikian ini di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti: 
a. Kuatnya ikatan primordial
b. “extended family system”
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik.
d. Peranan adat istiadat yang sangat kuatdalam kehdupan bermasyara¬kat.
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seo¬rang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainya. 
Kepemimpinan paternalistik adalah pemimpin yang peranannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dala arti bersifat melindungi, mengayomi dan menolong anggota oganisasi yang dipimpinnya. Pemimpin merupakan tempat bertanya dan menjadi tumpuan harapam bagi pengikutnya dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. 
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik yang peranannya da¬lam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh pengikutnya. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalis¬tik mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan para bawa¬hannya. Sehingga tidak jarang terjadi sebagai akibat dari adanya pandanagan bahwa para bawahan itu belum dewasa. 
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan paternalistik ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Pemimpin dihormati oleh bawahannya.
2. Mengutamakan kebersamaan.
3. Pemimpin berperan sebagai pelindung.
b. Kekurangan 
1. Menganggap bawahan belum dewasa.
2. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide dan saran.
3. Bawahan selalu tergantung kepada pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Sebagaimani dikatakan oleh Fred Luthans bahwa kepemimpinan kharismati adalah: charismatic leadership is throwback to the old conception of leader as being those who by the forse of their personal abilities are capable of having provoun and extraordinary affect on followers. 
Selanjutnya Stephen P. Robbins yang dikutip oleh Hadari Nawawi mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah kemampuan kepemimpinan yang luar biasa atau heroic dalam mengamati perilku-perilaku tertentu. Kauzez dan Poster juga mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah diyakini memiiki daya tarik yang nagnetik (magnetic effect) pada orang yang dipimpinnya. Maka, dengan kata lain seorang pemimpin yang kharismatik memiliki mysterious quality berup keyakinan yang luar biasa dari pengikutnya tanpa keraguan sedikitpun atas kualitas dan kemampuannya dalam mengkominikasikan ide-ide dan inilai-nilai yang dikembangkan dengan cara yang jelas dan menawan.

4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing, dengan sesedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok orgasisasi. 
Seorang pemimpin yang laissez faire baranggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan permainan yang berlaku, sehingga pemimpin cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi serjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan ditegakkan.
Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin laissez faire dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesama dan kepada organisasi, taat kepada norma-norna yang telah disepakati bersama, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. 
Ada beberapa karakteristik dari kepemimpinan Laissez Faire diantaranya adalah: 
1. Pendelegasian wawanag terjadi secara ekstensif.
2. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatan secara langsung.
3. Stetus quo organisasional tidak terganggu.
4. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yabg bersabgkutab sendiri.
5. Sepanjang dan selama anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.
Gaya kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter, meskipum tidak sama atau bukan kepemimpinan demokratis pada titik ekstrimya yang paling rendah. Kepemimpinn dijalankan tanpa memimpin atau tanpa berbuat sesuatu dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasinya.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan paternalistik ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.
2. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga proses penyelesaianya lebih cepat. 
b. Kelemahan
1. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu bila bawahan kurang pengalaman.
2. Pemimpin sering sibuk sendiri denga tugas-tugas dan terpisah dari bawahan.
3. Kelompok dapat mengkambing hitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi dan merasa kurang aman. 
5. Gaya Kepemimpinan Demokratik
Kepemimpinan demokratik adalah gaya yang dikenal pula sebagai gaya partisipatif. Tipe kepemiminan ini memempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Filsa¬fat demokratis yang mendasari pandangan tipe dan gaya kepemim¬pinan ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama. 
Ada beberapa karakteristik utama gaya dasar seorang pemimpin yang demokratik diantaranya adalah: 
a. Kemampuan memperlakukan organisasi senagai suatu totalitas dengan menempatkan semua satuan organisasi pada peranan dan proporsi yang tepat tanpa melupakan peranan satuan kerja strategik tertentu tergantung pada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan pada kurun waktu tertentu.
b. Mempunyai persepsi yang holistik mengenai organisasi yang dipimpinnya.
c. Menggunakan pendekatan yang integralistik dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
d. Menempatkan kepentingan organisasi sebagai keseluruhab diatas kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok dalam tertentu organisasi.
e. Menganut filsafat manajemen yang mengakui dan menjunjung tinggi harkat dab martabat para bawahannya sebagai makhluk politik, makhluk ekonomi, makhluk sosial dan sebagai individuyang mempunyai jati diri yang khas.
f. Sejauh mungkin memberikan kesempatan kepada para bawahannya berperan serta dalam proses pengambilan keputusan.
g. Terbuka terhadap ide, pabdangan dan saran orang lain termasuk para bawahannya.
h. Memberikan perilaku keteladanan yang menjadikannya panutan bagi para bawahannya.
i. Bersifat rasional dan obyektif dalam menghadapi bawahan terutama dalam menghadapi bawahannya.
j. Selalu berusaha dan menumbuhkan iklim kerja yag kondusif bagi inovasi dan kreativitas bawahan. 
Selain itu, karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif adalah dengan cepat ia menunjukan penghargaan ke¬pada para bawahan yang berprestasi tinggi. Penghargaan itu dapat men¬gambil berbagai bentuk separti kata-kata pujian, tepukan pada bahu bawa¬han itu, mengeluarkan penghargaan, kenaikan pangkat, atau mungkin pro¬mosi jika keadaan memungkinkan. Seorang pemimpin yang demokratik akan sengat bangga bila para bawahannya menunjukkan kemampuan kerja yang bahkan lebih tinggi dari kemempuannya sendiri. 
Pengimplementasian nilai-nilai demokratis dalam kepemimpinan dialakukan dengan memberikan kesempatan yang luas pada anggota orga¬nisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan sesuai dengan posisi dan wewenang masing-masing.
Seorang pemimpin yang demokratik dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan orgaisasi sosial. Peri¬lakunya mendorong para bawahanya menumbuhan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sengguh ia mendengar¬kan pendapat, dan bahkan kritik orang lain, terutama para bawahannya. Singkatnya, seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam per¬bedaan-perbedaan yang merupakan kenyataan hidup, harus terjamin keber¬samaan. 
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan demokrasi ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk mengadakan kontrol terhadap supervisor.
2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.
3. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengabn catatn bila situasi memungkinkan.
4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan mengerti lebih dalam tentang hubungan kemanusiaan. Bawahan dapat membantu pemimpin dalam menghapi persoalan, jadi dapat saling mengisi kekurangan dan dapat saling mengisi. 
b. Kekurangan
1. Banyak membutuhkan komunikasi dan koordinasi.
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
3. Memberikan persyaratan tingkat “skilled” (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pemimpin.
4. Diperlukan adanya toleransi yang besar kepada kedua belah pihak karena jika tidak dapat menimbulkan kesalah pahaman.